Mengukur Metrik Customer Experience (CX) dengan hanya cara lama sudah tidak lagi efektif. Kalau hanya mengandalkan survei bulanan atau laporan NPS, Anda memang tahu sebagian cerita pelanggan. Tapi bagian terpenting, emosi mereka saat berinteraksi sering kali terlewat.

Sekarang, sebagian besar feedback pelanggan muncul di tempat yang tidak terstruktur: komentar media sosial, ulasan, dan obrolan digital. Jadi, kalau bisnis ingin benar-benar tahu apa yang pelanggan rasakan, waktunya menyeimbangkan antara metrik tradisional dan real-time.


Mengapa Pengukuran Real-Time Jadi Penting

Faktanya, lebih dari 80% data customer experience ada di luar survei formal. Itu berarti, kalau Anda hanya menunggu kuesioner dikirim dan diisi, Anda sudah tertinggal.

Selain itu, pelanggan sekarang jauh lebih cepat bereaksi. Riset dari sebuah perusahaan menunjukkan, sepertiga pelanggan akan meninggalkan merek hanya karena satu pengalaman buruk. Jadi, menunda respons bukan pilihan.

Dengan Metrik Customer Experience berbasis real-time, bisnis bisa tahu apa yang terjadi saat itu juga. Misalnya, mendeteksi nada frustrasi di chat, menurunkan waktu tunggu, atau memperbaiki halaman checkout sebelum pelanggan pergi.


1. Net Promoter Score (NPS)

NPS adalah metrik klasik untuk mengukur seberapa besar pelanggan mau merekomendasikan bisnis Anda.
Formulanya sederhana:

NPS = % Promoter – % Detractor

Yang menarik, NPS jadi jauh lebih berguna kalau dipantau secara real-time. Misalnya, setelah sesi live chat, pelanggan langsung memberi nilai. Kalau skor turun, tim bisa langsung bertindak sebelum masalah menyebar.

Contoh:
Dari 200 pelanggan, 120 memberi skor 9–10 dan 30 memberi skor 0–6. Artinya, NPS Anda 45. Cukup bagus, tapi kalau tiba-tiba menurun setelah update produk, Anda tahu di mana harus memperbaiki.


2. Customer Satisfaction Score (CSAT)

CSAT mengukur kepuasan pelanggan terhadap layanan atau produk tertentu.
Biasanya diambil lewat pertanyaan singkat seperti: “Seberapa puas Anda dengan pengalaman ini?”

Namun, sistem modern kini seperti CRM Service bisa membaca emosi pelanggan secara otomatis tanpa harus menunggu survei selesai.

Bayangkan: AI bisa mendeteksi perubahan nada bicara pelanggan di chat dan memberi alert kalau nada suara mulai negatif. Tim Anda bisa langsung turun tangan. Cepat, efisien, dan sangat relevan.


3. Customer Effort Score (CES)

CES menilai seberapa mudah pelanggan mencapai tujuannya. Apakah mereka harus berulang kali klik? Apakah prosesnya ribet?

Semakin sedikit usaha yang dibutuhkan, semakin baik pengalaman pelanggan.
Contohnya, setelah onboarding digital, pelanggan menilai “kemudahan proses” dari skala 1–7. Jika hasil rata-ratanya 6, berarti pengalaman sudah cukup mulus.

Skor seperti ini penting untuk melihat bagian mana dari perjalanan pelanggan yang masih membuat mereka kesulitan.

Jika Anda ingin tahu lebih jauh bagaimana CRM mendukung integrasi metrik ini, cek artikel 5 Manfaat Salesforce untuk Bisnis yang Ingin Mengoptimalkan Customer Experience 


4. Sentimen dan Analitik Real-Time

Di era AI, kita tidak perlu lagi menebak perasaan pelanggan.
Sistem berbasis natural language processing bisa mengenali emosi dari chat, email, atau ulasan pelanggan secara langsung.

Misalnya, CRM yang mampu mendeteksi kata atau nada negatif dalam pesan pelanggan dan langsung memberi notifikasi ke supervisor. Dengan begitu, masalah bisa diselesaikan sebelum jadi besar.

Analitik semacam ini memberi bisnis pandangan lebih dalam tentang emosi pelanggan di balik angka.


5. Digital Journey Metrics

Perjalanan pelanggan kini terjadi di dunia digital. Mereka klik, scroll, membaca, lalu memutuskan.
Digital journey metrics membantu Anda memahami apa yang benar-benar terjadi selama proses itu berlangsung.

Beberapa contoh metrik penting:

  • Journey completion rate – seberapa banyak pelanggan yang berhasil menyelesaikan pembelian.

  • Session drop-off rate di titik mana pelanggan berhenti.

Jika angka drop-off naik di tahap pembayaran, mungkin ada bug atau halaman yang lambat. Menangkap sinyal ini secara real-time memberi waktu bagi tim Anda untuk segera memperbaikinya sebelum kehilangan pelanggan.


6. Channel Switch Rate

Pernah mengalami pelanggan yang awalnya chat di website, tapi akhirnya harus menelpon karena belum mendapat jawaban? Itulah yang disebut channel switch.

Channel Switch Rate menunjukkan seberapa sering pelanggan berpindah dari satu kanal ke channel lain untuk mencari solusi.
Semakin tinggi angkanya, semakin besar kemungkinan ada celah dalam sistem bantuan Anda.

Dengan memantau metrik ini secara langsung, tim bisa memperbaiki FAQ, menyesuaikan chatbot, atau menambah agen di jam sibuk.

Baca juga artikel tentang 5 Tren CRM di 2025 yang Akan Meningkatkan Penjualan dan Customer Experience


Cara Terbaik: Gabungkan Metrik Tradisional dan Real-Time

Tidak ada metrik tunggal yang bisa menjelaskan seluruh pengalaman pelanggan.
NPS dan CSAT memberi gambaran umum, sementara data real-time membantu Anda merespons lebih cepat.

Kombinasi keduanya menciptakan pandangan utuh tentang perjalanan pelanggan dari kepuasan short-term hingga loyalitas long-term.


Kesimpulan

Pada akhirnya, Metrik Customer Experience bukan hanya soal angka. Ini tentang memahami perasaan pelanggan di setiap momen interaksi.

Dengan data yang tepat dan respon yang cepat, Anda bisa mengubah setiap pengalaman menjadi peluang membangun hubungan jangka panjang.

Hubungi Saasten Technologies (+62) 878 8880 3822  hari ini untuk konsultasi dan implementasi CRM Service seperti Zendesk yang sesuai kebutuhan perusahaan Anda.

🌐 Website Saasten

Instagram: @saastentechnologies

YouTube: Saasten Technologies

LinkedIn: Saasten Technologies